LIDIK.ID , Bandar Lampung – Pedagang Jamu Gendong bernama Tarmi ini patut dicontoh sebagai pejuang rupiah yang gigih, pasalnya beliau tetap bertahan untuk berjualan jamu di masa pandemi. Senin, (19/07).
Tarmi mengatakan, dirinya sudah berjualan sejak lama sejak merantau ke Provinsi Lampung dari Jawa Tengah kampung halamannya.
“Saya jualan jamu sudah sejak lama, sejak tahun 90 an, asal dari Jawa Tengah, di Lampung merantau,” kata Tarmi.
Tarmi juga menjelaskan bahwa dirinya juga menjual bermacam-macam jamu, mulai dari yang langsung bisa diminum hingga jamu yang berbentuk kemasan hasil produksinya tersebut.
“Jamunya ada macam-macam, Beras kencur, Brotowali, Kunyit asam, Temulawak, Air jahe
dan Air sirih,” jelasnya.
Untuk harga perporsinya, jamu gendong yang dijual oleh Tarmi ini, tergolong murah dan terjangkau tanpa mengurangi khasiat jamu tersebut.
“Harganya kalau yang jamu biasa 4.000 per gelas, kalau pakai telor 10 ribu per gelas. Saya juga jual jamu bungkusan satu bungkusnya 6.000 harganya, ada yang 7.000 juga bergantung jenisnya, kalau harga yang 4.000 tadi kan jamu biasa (mpon-mpon),” ujar Tarmi.
Menurut Tarmi, dirinya selalu berjualan di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung pada hari kerja, yakni hari Senin hingg Jum’at.
“Biasanya saya kalau Senin – Jum’at di kantor Wali Kota ini mas, mulai jam 1 siang sampai jam 4 sore. Kalau hari Sabtu minggu keliling sekitaran Pahoman,” tambahnya.
Selain itu, Tarmi juga mengatakan, semenjak diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kota Bandar Lampung sejak hari Senin (12/07/2021) pihaknya merasakan imbasnya yang cukup lumayan.
“Ya jadi makin sepi mas, dari biasanya yang lumayan ramai yang masuk kerja, sekarang tinggal dikit yang masuk, saya kan kalau mulai jam 2 langsung ke atas, naik lift ke lantai 6, terus turun ke Dinas Perizinan, terakhir jam 3 saya sudah di depan Capil sampai pulang,” pungkasnya.
(AGT)
Discussion about this post