LIDIK.ID , Lampung Selatan – Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan kajian tentang peningkatan kualitas udara kota di Indonesia sebagai bagian mitigasi perubahan iklim. Rabu, (23/06).
Webinar tersebut diadakan oleh Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Lingkungan Hidup dan Sanitasi Institut Teknologi Sumatera (ITERA).
Staf Khusus Menteri Perhubungan (Menhub) Bidang Ekonomi dan Investasi Transportasi, Prof. Wihana Kirana Jaya, Ph.D., saat menjadi narasumber webinar mengatakan, salah satu strategi yang diupayakan Kemenhub untuk meningkatkan kualitas udara perkotaan adalah mendorong masyarakat beralih menggunakan fasilitas transportasi umum.
“Selain itu pemerintah daerah diminta memberikan mensubsidi bagi moda transportasi publik. Bapak Menteri memberikan apresiasi terhadap ITERA karena bisa berkembang dengan cepat dan berharap bisa menjadi Green University di Indonesia,” ujar Prof. Wihana.
Prof. Wihana, dalam materinya juga memaparkan konsep transportasi hijau dan SDGs. Dia juga menyebut perlu inovasi dan trobosan untuk bisa menciptakan kota yang layak huni dengan kualitas udara yang baik.
“Beberapa strategi dapat dilakukan seperti perbaikan tata guna lahan perkotaan atau ruang publik untuk membatasi aktivitas perjalanan dengan kendaraan pribadi,” kata Prof. Wihana.
Menurut, Prof. Wihana, menjelaskan salah satu strategi lainnya untuk mewujudkan kota yang layak huni dengan kualitas udara yang baik dapat pula dilakukan dengan mendorong pergeseran dari moda transportasi boros energi ke moda yang ramah lingkungan.
“Hingga melakukan efisiensi bahan bakar dan menggunakan kendaraan berbasis energi baru terbarukan. Masyarakat di Provinsi Lampung maupun provinsi lain di Indonesia saya harap dapat beralih ke kendaraan umum. Tentunya hal ini harus dibantu oleh pemerintah daerahnya agar kendaraan umum bisa disubsidi,” jelasnya.
Sementara, Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Penjaminan Mutu Pendidikan ITERA Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D., menyampaikan, topik webinar yang diangkat sangat penting. Generasi muda disebut perlu berperan besar dalam penanganan perubahan iklim yang saat ini terjadi.
“Generasi muda kita perlu membuat teknologi terbarukan untuk menyelesaikan permasalahan ini karena masyarakat berhak mendapatkan udara yang bersih,” ujar Acep.
Lebih lanjut, dosen ITERA Alfian Zurfi, S.T., M.T. turut memaparkan strategi dalam mitigasi perubahan iklim di perkotaan.
“Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2018), aktivitas manusia diperkirakan telah menyebabkan sekitar 1,0 ° C pemanasan global di atas tingkat pra-industri, dengan kisaran kemungkinan 0,8 ° C hingga 1,2 ° C. Pemanasan global kemungkinan akan mencapai 1,5 ° C antara 2030 dan 2052 jika terus meningkat pada tingkat saat ini. Mitigas perubahan iklim dapat dilakukan membuat inovasi teknologi baru, sumber energi bersih, deforestasi berkurang, metode pertanian berkelanjutan yang lebih baik, dan perubahan perilaku individu dan kolektif,” pungkasnya.
(AGT)
Discussion about this post