LIDIK.ID, Lampung Selatan — Sebuah terobosan lahir dari pesisir selatan Lampung. Lahan bekas rob yang selama bertahun-tahun tak lagi produktif kini berubah menjadi hamparan padi hijau yang siap panen. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) menyebut inovasi ini sebagai langkah nyata dalam mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sekaligus memperkuat ketahanan pangan daerah. Jum’at, (07/11/2025).
Bupati Lampung Selatan Radityo Egi Pratama hadir langsung dalam panen raya padi biosalin di Kecamatan Sragi, Kamis (6/11). Ia menyebut keberhasilan tersebut merupakan hasil dari varietas padi tahan kadar garam tinggi yang mampu tumbuh di lahan pesisir yang sebelumnya rusak akibat intrusi air laut.
“Dengan keberhasilan panen perdana biosalin ini, kami optimistis inovasi pertanian pesisir akan terus berkembang dan memberi dampak ekonomi nyata bagi masyarakat sekitar,” kata Egi.
Biosalin singkatan dari “bio salin” atau padi tahan air payau kini menjadi harapan baru bagi petani pesisir. Dari dua hektare lahan uji coba, hasil panen mencapai sekitar enam ton per hektare, angka yang dinilai cukup tinggi untuk lahan yang sebelumnya tak bisa ditanami.
Egi menilai keberhasilan para petani Sragi sebagai bentuk inovasi masyarakat yang lahir dari bawah, tanpa menunggu kebijakan pemerintah.
“Ini panen perdana dari lahan yang lama tak produktif. Berkat semangat Kang Jalu dan para petani, biosalin bisa tumbuh subur dengan hasil bagus. Ini contoh nyata bagaimana masyarakat bisa berinovasi dari bawah,” ujarnya.
Menurutnya, upaya tersebut sejalan dengan komitmen Pemkab Lampung Selatan dalam memperkuat ketahanan pangan berbasis potensi lokal, terutama di wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim.
Melihat hasil positif panen perdana ini, Bupati Egi langsung menginstruksikan agar pengembangan padi biosalin dijadikan pilot project pertanian pesisir di Kabupaten Lampung Selatan.
“Wilayah kita 70 persen adalah lahan pertanian dan pesisir. Inovasi seperti ini sangat relevan dan perlu kesinambungan. Siapkan perencanaannya, ekskavator dan bibit akan kami bantu,” tegasnya.
Ia juga meminta jajarannya untuk menyusun rencana induk pengembangan biosalin secara berkelanjutan agar hasil yang diperoleh tidak berhenti di tahap uji coba.
Sementara itu, Jalu, penggagas padi biosalin, menjelaskan bahwa uji coba dilakukan di dua lokasi, yakni Ketapang dan Bandar Agung. Meski lokasi pertama gagal akibat banjir, hasil di Bandar Agung justru sukses besar.
“Kami butuh alat berat seperti ekskavator agar lahan bisa ditata lebih baik. Ini program penting bagi ketahanan pangan daerah,” kata Jalu.
Jalu berharap keberhasilan di Sragi dapat menginspirasi petani di daerah lain untuk mengembangkan pertanian berbasis adaptasi lingkungan.
Dengan kombinasi antara inovasi petani dan dukungan pemerintah, Lampung Selatan kini mulai menata model baru pertanian pesisir, yang tak hanya menumbuhkan padi, tetapi juga menumbuhkan harapan bagi masyarakat yang selama ini hidup berdampingan dengan laut.***
(TRS).









Discussion about this post